Senin, 14 November 2016



TASAWUF
      Istilah tasawuf baru muncul dalam dunia Islam sekitar abad ke 2 Hijriah dan belum dikenal pada masa Rasulullah dan sahabat, meskipun praktek hidup kesufian sudah dijalankan oleh Rasulullah s.a.w dan sahabat-sahabatnya.
1.         Hidup sebagai zahid (menghindari kemewahan dunia) dan abid (tekun beribadah) adalah embrio dari lahirnya tasawuf itu.
2.       Inti tasawuf adalah pendidikan akhlak, memerangi hawa nafsu, membersihkan hati agar dapat bertaqarrub kepada Allah s.w.t
3.       Tasawuf dapat disamakan dengan Mistik Islam dalam artian mistik yang sesui dengan jalan Islam, yaitu tidak menganut Pantheisme atau persatuan makhluk dengan Khaliq

Dzikir sebagai Cara Mendekatkan Diri kepada Allah
1.         Yang Dekat kepada Allah adalah yang Senantiasa Berdzikir kepada-Nya
Berdzikir dilakukan dalam rangka pengabdian kepada Allah. Karena pengabdian kepada Allah merupakan tujuan hidup manusia (Adz-zariyat; 51-56).
Tujuan pengabdian kepada Allah supaya terjalin antara hamba dengan Tuhan, sehinggga seorang hamba dapat selalu merasakan ketentraman jiwa, sebab selalu dekat dengan Tuhan.
Untuk bertaqarrub dengan sebaik-baiknya kepada Allah, maka saranya dalah dzikir. Berdzikirlah kepada Allah dilakukan dalam segala posisi kita. Artinya tidak ada waktu yang boleh lowong untuk berdzikir (ingat atau menyebut) Allah swt. (Ali-Imran (3) : 190-191)
2.      Kedudukan Dzikir dalam Tasawuf
Dalam tasawuf dikenal dengan istilah maqamat (tahap-tahap) yang dilalui oleh sufi dalam perjalanan tasawufnya menuju kepada tyjuan bertemu dengan Tuhan. Yang berperan dalam maqammat atau tahap-tahap tertentu diperlukan dzikir yang berkesinambungan dan kontinu (Al-Baqarah 2 : 152 dan Al-A’raf 7 : 205)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar