Teori Kebenaran
1. Teori Kebenaran Korespondensi
Kebenaran
korespondesi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas
objektif.Kesahihan korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan
kebenaran dan kepastian indrawi. Sesuatu dianggap benar apabila yang
diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta (kesan,
ide-ide) di lapangan.
Contohnya:
ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi Yogyakarta itu berada di
Pulau Jawa. Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau
realita yang ada. Tidak mungkin Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan
atau bahkan Papua.
Cara
berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi
ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam
masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas
pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa
yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar
bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
2. Teori Kebenaran Koherensi
Teori
ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada
kriteria konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau
pernyataan yang dikemukakan beberapa subjuk maka semakin benarlah ide
atau pernyataan tersebut. Paham koherensi tentang kebenaran biasanya
dianut oleh para pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H.
Bradley (1846-1924).
Teori
ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan,
pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar
apabila memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi
sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan logika. Sederhannya, pernyataan itu dianggap
benar jika sesuai (koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Contohnya; Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah
seorang manusia. Jadi, Soleh pasti akan mati.
3. Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme
Artinya,
suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Teori
pragmatis ini pertama kali dicetuskan oleh Charles S. Peirce
(1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang
berjudul "How to Make Our Ideas Clear".
Dari
pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori
koherensi dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita
objektif, sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu
pernyataan dengan cara menguji melalui konsekuensi praktik dan
pelaksanaannya.
Pegangan
pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima
pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu
membawa akibat praktis yang bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar