Senin, 14 November 2016

Filsafat Cinta’? Adakah?

Cinta? Sayang? Suka? Love? Atau entah apapun namanya itu, sampai hari ini masih dan akan selalu menjadi trending topic di kalangan remaja,  bahkan tidak jarang di kalangan mantan remaja pun heboh membicarakan hal tersebut. Entah terbuat dari bahan dasar apa CINTA ini, sehingga mampu menghipnotis semua orang untuk selalu berbicara tentangnya setiap detik, setiap menit, setiap jam, dan setiap hari. Dari pengamatan yang saya lakukan, Hampir semua orang  mengidap love syndrome* (gangguan yang disebabkan oleh virus “CINTA”). *hampir sama dengan GILA. maka, terkadang saya bertanya dalam hati, siapa sebenaranya yang membuat “CINTA” ini? dan tentu hati saya belum pernah menjawabnya sampai sekarang.

Tulisan ini, tulisan iseng saya. sekedar pengisi waktu kosong dan tentu hanya untuk seru-seruan. Sebenarnya saya terinspirasi dari dari adik-adik saya di organisasi. Hampir setiap hari mereka bertanya kepada saya tentang CINTA, tentang masalah yang mereka alami dengan pasangan masing-masing, tentang semua hal yang berbau CINTA. Bahkan pernah salah seorang di antara mereka yang memanggiil saya sebagai dokter cinta.

Entah bagaimana lagi caranya istilah dokter cinta ini tiba-tiba ia sematkan untuk saya. kalau dokter-dokter yang umunya menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mndapat gelar itu,  maka apakah waktu saya terlalu tidak berharga sehingga saya hanya harus mempelajari tentang cinta  selama bertahun-tahun. Ohh Nooo. saya Kuliah, saya punya organisasi, saya mengajar di sebuah lembaga kursus bahasa nggris. maka? masihkah kira-kira ada waktu untuk saya memusatkan pikiran terhadap sesuatu yang disebut cinta itu? Tidak!  tidak ada sama sekali.

Maka? setan apa yang merasuki adik saya ini sehingga dengan mudahnya memanggil saya sebagai dokter cinta? Dan lagi pula, kalau toh betul saya layak menyandang anggilan itu, keuntungan apa yang bisa saya dapat? Bisakah saya kaya karena gelar itu? bisakah saya memiliki Pacar karena gelar itu? (Upppsss, ketahuan kalau ‘dokter cintanya’ seorang jomblo.), bisakah saya bertemu dg pak Jokowi karena hal itu? sekali lagi TIDAK! Tidak Bisa sama sekali. so? tunggu apa lagi? “sadarlah de’... I’m not a Love doctor, and I Won’t!” saya lebih senang menjadi diri saya, saya lebih senang dengan nama ini “RISAL MURSALIM”, meskipun bertahun-tahun saya cari makna islami dari nama-nama ini. Tapi, tidak kunjung ketemu. Kalau “RISAL”nya mungkin bisalah kita artikan sebagai RISALAH. tapi Mursalim nya ini, dari tahun gajah (tahunnya nabi) sampai tahun Gagah (ini tahun saya), J belum pernah sekalipun saya temukan kata itu di Al-Qur’an dan kitab manapun.  Sempat hampir senang karena menemukan kata yg saya pikir sama dengan itu, yakni di Surah YaaSiin (Mursalin), tapi sayang dia berakhiran N, sedang saya yaaa berakhiran M (Mursalim). Tapi, meski demikian keluh dan kesah terhadap nama yang sudah ada tentu tidak diperbolehkan. Terlebih lagi saya yakin, bahwa Bapak saya butuh waktu yang tidak singkat untuk memikirkan nama itu. Saya tetap hargai dan hormati Nama pemberian itu.
Ohh God... Kembali ke laptop. Kita sudah terlalu jauh melenceng. Ini semakin menguatkan Hipotesa saya kalau CINTA itu memang bahaya. Bisa mengeluarkan kita dari jalur yang semestinya. Ia bisa membengkokkan yang lurus. Menyakiti yg sehat. Menjelkkan yang Ganteng, dan masih banyak lagi bahayanya. (sepertinya).

Okeee... kita kembali ke CINTA. dalam tulisan ini saya belum tahu apa dan sampai di mana yang akan saya bahas. Saya biarka saja tangan saya mengetik dengan gilanya (gilanya mungkin karena love Syndrome),. semua jadi tidak beres gara-agar CINTA ini. sepertinya betul apa yang disampaikan sahabat saya beberapa hari lalu “CINTA itu PEMBODOHAN”. ini yg dikatakan sahabat saya dalm sebuah pelatihan yang saya laksanakan di sekretariat organisasi saya. Mungkin kalau sempat, ini akan Kita bahas di paragrf-paragraf selanjutnya (itu pun kalau saya ingat), kalau saya tidak ingat berarti saya lupa. J
“semua gara-gara cinta” judulnya. (sepertinya sudah banyak judul yg tercipta malam ini). Patut dijadikan bahan pertimbangan untuk dikirim ke bang Haji Roma agar dijadikan judul lagunya.

Setelah saya menelaah dan memikirkan secara dalam, akirnya saya dapati alasan kenapa adik-adik saya sering bertanya tentang cinta kepada saya. Keyakinan saya bahwa ini bermuara di FILSAFAT MAHABBAH. (*Mahabbah dalam bahasa arab artinya CINTA). Jadi, terjemahkan sendirilah apa arti Filsafat Mahabbah. Di organisasi saya memang ada jadwal kajian rutinnya. biasanya malam jum’at, dirangkaikan dengan jaga lilin. ( upppsss.. salah.) maksud saya dirangkaikan dengan Dzikiran atau Yasinan. Di setiap kajian akan ada materi atau topik yang dibawakan untuk disampikan kepada peserta kajian. Dan salah satu materi pamungkas adalah FILSAFAT MAHABBAH itu. Sejatinya materi ini hanya digunakan untuk mengaktifkan anggota untuk ikut kajian. Dan saya jamin itu mempan. saya adalah korban Filsafat Mahabbah . 2 tahun lalu, ktika saya dalam keadaan puncak kebosanan BELAJAR, tiba-tiba senior memanggil untuk kajian FILSAFAT MAABBAH, yaa tentu saja saya ikut. Maklum umur saat itu masih labil-labilnya. Dengan sangat semangat saya mengikuti semua materi sampai selesai. Cara inilah  yang coba saya terapkan. Makanya, pernah suatu ketika, pada saat kondisi anggota sedang dalam malas-malasnya kajian, maka saya mengirimkan pesan ke mereka untuk datang kajian malam jum’at dengan materi FILSAFAT MAHABBAH.

malam jum’at itu, dengan modal nekat, dan sedikit ingatan dari mteri yang saya terima 2 tahun lalu, akirnya kajian pun dimulai. Prediksi tidak meleset, banyak anggota yg hadir, mereka antusiais, Luar biasa. “THE power of love”, lohh.. ini mirip judul lagunya siapa ya? ahh,... bodo amat. lupakan dulu judul lagu itu.. malam itu, pertanyaan demi pertanyaan pun terlontar dari mulut orang-orang penderita love syndrome. Yaaah saya jawab yang bisa saya jawab. Itupun jawaban yang saya berikan, kebanyakan dari pengalaman saya. J
banyak sekali yg saya sampaikan malam itu, akan tetapi saat ini hanya membekas 2 hal di kepala. Pertama, apa itu cinta? kedua, apa hakikat cinta?. maka, mungkin kalau saya ingat, kedua hal tersebut akan saya bahas di paragraf-paragraf berikutnya. berdoa saja.
mungkin sahabat-sahabat pembaca sekalian sudah ada yang men-cap saya sebagai orang yang anti dengan CINTA setelah  membaca paragraf-paragraf awal. Padahal sebenarnya Tidak. Saya tidak mau menjadi org yg munafik, saya butuh cinta untuk hidup. Saya butuh cinta untuk membuat hidup saya lebih berarti. Dan saya butuh cinta untuk membantu saya GILA. ahhaha. “semua orang butuh cinta”. Dan saya adalah bagian dari orang, maka tentulah saya butuh dengan cinta. Kecuali kalau sahabat-sahabat semua menganggap saya bukan orang, berarti terpaksa saya harus tidak membutuhkan cinta. hehehhe. Saya adalah orang yang sangat mengidolakan Alm. Gus Dur, saya sangat suka dengan prinsip tengah-tengahnya. tidak terlalu fundamental, dan tidak terlalu extreme. dan prinsip inilah yg selama ini saya coba aplikasikan ke dalam dunia CINTA saya. Saya tidak mau diperbudak cinta, dan saya tidak mau munafik. meskipun kadang saya agak liberal sedikit (kalau Ulil Absar Abdalla terkenal dengan JIL-nya, maka  saya harus  memperkenalkan Jaringn Cinta Liberal saya. hahay).

Kembali ke filsafat Mahabbah tadi. Sebenarnya saya tdak terlalu mahir dalam filsafat mahabbah. Hampir dari semua apa yang saya katakan saat memberikan materi , itu saya copy dari pengalaman saya. (terutama waktu SMA), kebetulan kehidupan cinta saya waaktu SMA terhitung ekstreme, 15 mantan pacar dalam 3 tahun mejadi prestasi tersendiri bagi saya, dan tentu tidak akan terlupakan. Akan tetappi, tentu jangan tiru adegan ini di rumah. hanya dilakukan oleh profesional. hahaha.

Memang belum perna saya temukan  referensi yg jelas dan fokus membahas tentang Filsafat Mahabbah. Sekedar informasi saja, bahwa Filsafat mahababh ini dipopulerkan oleh seorang filsuf Perempuan, RABIAH Al-Adawiyah namanya. Meski dalam kisahnya, mahabbah yang ia bangun adalah Maabba Fil Lah (cinta kepada Allah). Dan memang pada hakikatnya, Filsafat Mahabbah itu diperutukkan ke Tuhan. Tapi menurut saya, tidak ada salahnya ketika kita harus menggunaknnya di ciptaan TUHAN (misalnya: KAMBING . .haaha). Karena dalam konsep Mahabbah, memang ada 3 jenis CINTA. apa saja itu? (tanya sama rumput yg bergoyang) ahhaha. Ini juga akan kita bahas kalau ada waktu.
Well, sepertinya prolog sudah terlalu panjang. Dalam hitungan 5...4....3...2....1....0....... CINTAAAAAAAAA!!!!

 Apa Itu Cinta?

dalam kamus ilmiah populer Lengkap (Faridah Hamid, S.Pd) mengataan bahwa Cinta itu Rasa-kasih, Sayang; asmara.
sedang meurut William Shakespere Cinta itu Gila.
Dan oleh teman saya yg mengikuti Pelatihan tadi, mengatakan bahwa Cinta adalah Candu (cikal bakal teorinya :: Ciinta adalah Pembodohan). terinspirasi dari teori Karl Marx (Agama adalah Candu).

Akan tetapi, dari sekian banyak defenisi yg ada, saya lebih suka dan sering menggunakan “Cinta itu Emosional tanpa rasional”.
Dan saya tentu tidak menyalahkan pendapat-pendapat yang lain, karena saya yakin dari definisi yg mereka berikan, terkandung nilai kebenaran didalamnya.
Oke... pertanyaan besar yang muncul kemudian, “Kenapa cinta dikatakan sebagai Emosinal tanpa rasional?”  Tanpa dijelaskan pun, saya yakin sahabat-shabat semua sudah tau apa maksudnya. Tapi, tidak papa mungkin ketika saya mejelaskan sekali lagi. Jadi, Cinta itu bertempat di “emosioal:Hati”, bukan di Rasional:Akal”. mencintai yang eharusnya itu bukan dengan akal, tapi hati. Jelas, bukan cinta sepenuhya namanya ketika mengatas namakan akal. Lantas, bagaimana cara membedakan seseorang yg menggunakan Emosi dan akalnya. org yg mencintai dengan Akal biasanya menggunakan akal dan pikirnya untuk menentukan “kenapa saya harus jatuh cinta dengan orangg ini” maka bermunculan lah jawaban-jawaban seperti: saya jatuh cinta karena dia cantiik, saya jatuh cinta karena dia pintar, saya jatuh cinta karena di Kaya, dan sebagainya. Itu tentu tidak saya sarankan untuk digunakan. kemudian, orang yang mencintai dengan hati, bagaiman caranya? Simple, jawabannya adalah yangg diaa Tahu hanya CINTA, alasan kenapa dia CINTA tidak ada. Teringat juga kata bijak “True Love is love without Reason” (cinta sejati adalah cinta yang tidak membutuhkan lasan). karena ketika Anda mencintai seseorang dengan sebua alasan, maka patut untuk Anda rubah itu secepatnya.

Mengutip kata-kata senior “janganlah kalian mencintai dengan Akal, karena kelak pasti akan berakhir dengan akal-akalan. Tapi mecintalah kalian dengan menggunakan Hati, karena pun ketika ia arus berakhir, maka pasti akan berakhir dengan kehati-hatian”. Jadi, resiko sakit hati mencintai dengn hati jauh lebih kecil dibandinngkan ketika harus mencintai dengan akal.

Sesuai dengan janji saya di awal, ketika saya ingat,  maka saya akan membahas sedikit tentang Cinta itu pembodohan. Alasan teman saya sangatlah  rasional, bahwa siapapun Anda, ketika mengenal Cinta, Pasti Anda akan dengan sangat mudah dibodoh-bodohi. Ketika sang pacar  meminta ini, langsung diberikan. Ketika sang pacar memita itu, langsung diberikan. Hal ini lah yang oleh teman saya dikatakan sebagai Pembodohan. (janji saya sudah lepas). (sesingkat itu kah penjelasannya?).

Teringat juga salah satu kata teman saya itu tentang Cinta. Ia mengibaratkan bahwa cinta itu seperti TAPE, akan terasa enak kalau dikonsumsi dalam jumlah sewajarnya. tapi, akan memabukkan ketika dikonsumsi berlebihan. Begitu pula cinta, Cinta menurut teman saya hanya indah di awal saja, dibelakang pasti BURUK.

Pendapat teman saya ini, belum mau saya komentari kali ini, nanti di pargaraf kesimpulan akan saya komentari (itupun kalau sampai kesimpulan). heheh

Maka, dari beberapa penjelasan dan ulasan di atas, mungkin suda ada sedikit bayangan tentang apa itu Cinta. Atau, jangan-jangan masih ada yang blum bisa membedaka antara Cinta, Sayang, dan Suka. (80% pembaca mengangkat tangan). Seperti dugaan saya, ternyata bnyak yang belum tahu perbedaannya. Untung kalian membaca tulisan ini, jadi semoga saja tidak ada lagi yang terjebak definsi di kemudian hari. hahaha.

Kita mulai dari Suka. Suka itu perasaan kagum terhadap seseorang dan ditempatkan di hati. (hanya memikirkan orang itu). Sedangkan ‘Sayang’, tempatnya satu level di atas Suka. Sayang tidak hanya berakahir di hati, Tapi sudah masuk ke ranah lisan. Ketika ada orang yang mengaku cinta, dan setiap harinya selalu dia ungkakan dengan kata-kata, pada dasarnya belum ada cinta dalam dirinya. Yang ada hanyalah sayang. jadi, cinta itu sebenarnya apa? Cinta itu ada dalam hati, diucapkan di lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Bukan cinta namanya kalu tanpa Pembuktian. (ini Quotes cinta saya). hehehehe

Bagannya kurang lebih begini:
Suka---Mengagumi dalam hati
Sayang---Mengagumi dalam hati, mengucapkan dengan lisan
Cinta---Mengagumi dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan..
Teori Kebenaran
1.     Teori Kebenaran Korespondensi
Kebenaran korespondesi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas objektif.Kesahihan korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan kebenaran dan kepastian indrawi. Sesuatu dianggap benar apabila yang diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta (kesan, ide-ide) di lapangan.
Contohnya: ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi Yogyakarta itu berada di Pulau Jawa. Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau realita yang ada. Tidak mungkin Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan atau bahkan Papua.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
2.     Teori Kebenaran Koherensi
Teori ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang dikemukakan beberapa subjuk maka semakin benarlah ide atau pernyataan tersebut. Paham koherensi tentang kebenaran biasanya dianut oleh para pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley (1846-1924).
Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan logika. Sederhannya, pernyataan itu dianggap benar jika sesuai (koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya; Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah seorang manusia. Jadi, Soleh pasti akan mati.

 
3.     Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme
Artinya, suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Teori pragmatis ini pertama kali dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul "How to Make Our Ideas Clear".
Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori koherensi dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif, sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaannya.
Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu membawa akibat praktis yang bermanfaat.

 "Hati-hati Belajar Filsafat Ilmu Sekular"

Di berbagai perguruan tinggi, khususnya di tingkat Pasca Sarjana, para mahasiswa biasanya diajarkan mata kuliah “Filsafat Ilmu”.  Sejauh ini, sudah banyak diterbitkan buku tentang Filsafat Ilmu.   Sayangnya, kuatnya dominasi sekularisme – yang menolak campur tangan agama -- dalam bidang keilmuan kontemporer turut berpengaruh dalam perumusan konsep Filsafat Ilmu yang diajarkan di perguruan tinggi saat ini. Beberapa kutipan isi buku Filsafat Ilmu berikut ini bisa disimak.

Sebagai contoh, sebuah buku yang sangat terkenal berjudul “Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer”, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, cetakan kesembilan), mengutip pendapat Auguste Comte (1798-1857) yang membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan manusia, yaitu religius, metafisik, dan positif.  Selanjutnya, diuraikan:

“Dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi. Tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan  di atas dasar postulat metafisik tersebut. Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, (ilmu) dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif  dalam proses verifikasi yang obyektif.” (hal. 25).


Karakteristik berpikir “filsafat” dijelaskan dalam buku ini, yaitu:  pertama, menyeluruh; kedua, mendasar; ketiga, spekulatif.  Tentang bidang telaah filsafat, ditulis dalam buku ini: “Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu, dia pun mulai merambah pertanyaan lain.”  (hlm. 23-25).

 Ada lagi sebuah buku berjudul “Filafat Ilmu”  yang disusun Tim Dosen Filsafat Ilmu sebuah Universitas terkenal di Yogyakarta (1996, cetakan pertama). Ditulis dalam pendahuluan buku ini:

“Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni, dan agama. Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya… Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, estetika, dan agama. Para filsuf telah mencari suatu pandangan tentang hidup secara terpadu, menemukan maknanya serta mencoba memberikan suatu konsepsi yang beralasan tentang alam semesta dan tempat manusia di dalamnya. (Yogyakarta: Liberty, 1996), hlm. 1.)

****

Itulah beberapa contoh materi kuliah Filsafat Ilmu yang diajarkan kepada para mahasiswa. Jika ditelaah beberapa uraian pada dua buku “Filsafat Ilmu” tersebut, akan dijumpai problematika yang serius. Teori positivisme Comte – dalam perspektif Islam – jelas sangat bermasalah. Sebab, ia meletakkan agama sebagai jenis pengetahuan yang paling primitif dan akan punah saat manusia memasuki era positivisme atau empirisisme, dimana yang diakui sebagai ilmu hanyalah pengetahuan yang didapat dari  panca indera manusia.  Teori Comte ini pun sekarang tak terbukti. Sebab, manusia – di Barat dan di Timur – di tengah perkembangan yang fantastis dari sains dan teknologi tetap memegang kepercayaan pada hal-hal yang metafisik dan juga agama. Di negara-negara Barat sendiri, banyak manusia percaya kepada “dukun ramal” (fortune teller).

Juga, faktanya, saat ini, dunia ilmu pengetahuan pun sudah menerima kebenaran di luar positivisme. Seorang mahasiswa tidak mungkin mengklarifikasi semua pernyataan keilmuan yang diajarkan kepadanya oleh dosennya. Misalnya, saat dosen menjelaskan, bahwa kecepatan cahaya adalah sekitar 270.000 km/detik, maka si mahasiswa hanya diminta untuk percaya, tanpa perlu membuktikan secara empiris. Ketika si dosen menjelaskan, bahwa suatu rumus adalah rumus buatan Phytagoras, maka si mahassiwa juga harus percaya saja, dan tidak mungkin membuktikan secara empiris.

Bahkan, seorang Profesor filsafat akan puas menjadi “muqallid” (pentaqlid);  hanya percaya saja kepada segala macam penjelasan pramugari, saat bepergian menggunakan pesawat terbang. Ia begitu mudah percaya  kepada orang yang mungkin sama sekali tidak pernah dikenalinya. Ia percaya kepada orang yang dikatakan sebagai pilot, meskipun ia sama sekali tidak kenal. Sang profesor tadi juga tidak minta pembuktian, apa benar pilot pesawat itu, benar-benar seorang pilot. Ia hanya percaya pada cerita orang yang mungkin tak dikenalnya. Alhasil, si professor menerima “kebenaran ilmiah”, bukan berdasarkan metode empiris, tetapi menerima kebenaran ilmiah dari jalur pemberitaan. Inilah yang dalam konsep epistemologi Islam disebut sebagai jalur kebenaran ilmiah melalui “khabar shadiq” (true report).

Bagi seorang Muslim, pengetahuan yang didapat dari jalur khabar shadiq ini juga merupakan ilmu. Sebab, ia diperoleh dari sumber-sumber terpercaya, semisal al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW.  Ilmu yang diraih dari jalur khabar shadiq ini juga diterima secara universal. Misal, dalam soal pengakuan anak terhadap kedua orang tuanya.  Sangat jarang terjadi, ada anak yang meminta pembuktian secara rasional dan empiris berkenaan dengan status hubungannya dengan kedua orang tuanya. Misalnya, anak meminta bukti ilmiah berupa tes DNA. Kita biasanya menerima saja cerita-cerita dari orang yang kita percayai, bahwa orang tua kita adalah A dan B. Pengetahuan semacam ini – dalam konsep epistemologi Islam – juga disebut sebagai “ilmu”, yang juga diraih dengan metode ilmiah.

Karena itu, dalam perspektif Islam, tidaklah tepat jika dikatakan, suatu ilmu hanya dapat diraih dari metode empiris dan rasional.  Pengetahuan tentang Allah, tentang para Nabi, tentang akhirat, tentang keutamaan bulan Ramadhan, keutamaan ibadah haji, dan sebagainya, juga dikatakan sebagai “ilmu” sebab didapatkan dari sumber-sumber terpercaya (khabar shadiq), meskipun hal itu di atas jangkauan akal (supra rasional).  Masalah “cara-cara meraih ilmu” (epistemologi) saat ini telah banyak dibahas oleh para pakar keilmuan Islam.

Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, Direktur Center for Advanced Studies on Islam, Science, and Civilization -- Universiti Teknologi Malaysia, dalam makalahnya yang berjudul Konsep Ilmu dalam Tinjauan Islam, menjelaskan, bahwa dalam Tradisi Islam,  ilmu  pengetahuan tiba melalui pelbagai saluran, yaitu pancaindera (al-hawass al-khamsah), akal fikiran sihat (al-’aql al-salim), berita yang benar (al-khabar al-sadiq), dan intuisi (ilham).

Tentang akal fikiran sehat, Prof. Wan Mohd Nor menjelaskan, bahwa aspek akal manusia merupakan saluran penting yang dengannya diperoleh ilmu pengetahuan tentang sesuatu yang jelas, yaitu perkara yang dapat difahami dan dikuasai oleh akal, dan tentang sesuatu yang dapat dicerap dengan indera.   Akal fikiran (al-’Aql) bukan hanya rasio. Akal adalah “fakultas mental” yang mensistematisasikan dan mentafsirkan fakta-fakta empiris menurut kerangka logika, yang memungkinkan pengalaman inderawi menjadi sesuatu yang dapat difahami. Akal adalah entitas spiritual yang rapat dengan hati (al-qalb), yaitu menjadi tempat intuisi. Dengan demikian, akal adalah perantara yang menghubungkan akal-fikiran dengan intuisi.

“Oleh sebab itu, sesiapa yang membatasi fungsi akal-fikiran sebagai aspek yang rasional dan dapat dicerap oleh indera, maka ia telah menyelewengkan akal fikiran daripada kualiti yang sebenarnya dan, dengan demikian, menjadikan akal fikirannya tidak sihat. Perlu diketahui bahwa hati yang dikatakan sebagai sumber intuisi bukanlah hati fisik, melainkan realiti yang terdapat di alam roh yang menggunakan semua daya yang lain sebagai instrument,” tulis Prof. Wan Mohd Nor.

‘Berita yang benar’,  jelas Prof. Wan Mohd Nor,  adalah sumber lain ilmu pengetahuan yang terdiri daripada dua jenis. Jenis yang pertama adalah berita yang terbukti secara terus-menerus dan disampaikan oleh mereka yang kebaikan akhlaknya tidak mengizinkan akal fikiran kita untuk membayangkan bahwa mereka akan melakukan dan menyebarkan kesalahan. Hadis mutawatir adalah contoh yang sangat tepat tentang jenis berita ini. Kesepakatan umum para ahli, ilmuwan, dan sarjana juga dianggap sebagai bahagian daripada jenis ini. Meskipun memiliki autoriti, kesepakatan tersebut masih dapat dipersoalkan menurut kaedah rasional dan empirikal, sebagaimana yang terjadi dalam kes laporan sejarah, geografi, dan sains. Jenis yang kedua adalah berita mutlak, yang dibawa oleh Nabi berdasarkan wahyu.

Demikian paparan Prof. Wan Mohd Nor tentang sumber-sumber ilmu dalam Islam, yang tidak membatasi hanya dari sumber panca indera (empiris) dan akal (rasional). Pandangan Islam tentang sumber ilmu – yang bisa disebut sebagai metode ilmiah – ini berbeda dengan penjelasan pada sebagian buku Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian sekular yang membatasi kategori “ilmiah” hanya pada hal-hal yang rasional dan empiris.  (Dikutip dari Makalah yang pernah dibentangkan oleh Prof Wan Mohd Nor Wan Daud saat bertindak sebagai Pembicara Utama dalam Workshop Dasar-Dasar Epistemologis Dalam Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Indonesia, 11 April 2005. Dengan sedikit editing, makalah ini telah dipublikasikan di Jurnal Ta’dibuna, Jurnal Program Doktor Pendidikan Islam, UIKA Bogor, Nomor 2, Vol. I, 2012.)

****

Konsep ilmu dalam Islam itu berbeda dengan banyak buku Filsafat Ilmu yang kini diajarkan kepada para mahasiswa. Dalam buku “Filsafat Ilmu” yang telah disebut terdahulu, dinyatakan: “Dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah diuji secara empiris. Dalam hal ini harus disadari bahwa proses pembuktian dalam ilmu tidaklah bersifat absolut…. Ilmu tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolut melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan tertentu.”  (1995:131-132).

Jika konsep dan definisi “ilmu” itu diterapkan untuk Ilmu Ushuluddin, Ilmu Tafsir al-Quran, atau Ilmu Ushul Fiqih, maka akan menimbulkan kerancuan yang sangat serius. Sebab, pengetahuan bahwa Allah itu Satu adalah ilmu yang mutlak yang didasarkan pada sumber yang mutlak benar, yaitu al-Quran. Begitu juga ilmu tentang keharaman babi, zina, dan khamr, adalah ilmu yang mutlak juga.  Penafsiran bahwa Nabi Isa a.s. tidak wafat di tiang salib, juga merupakan ilmu yang mutlak benarnya, yang tidak akan berubah sampai Akhir Zaman.

Adalah sangat keliru jika orang belajar ilmu bukan untuk meyakini kebenaran suatu ajaran, atau bahkan tidak ditujukan untuk mengenal Tuhan yang sebenarnya. Prof. Wan Mohd Nor, dalam makalahnya yang dirujuk pada bagian terdahulu, menjelaskan, bahwa dari segi  linguistik, perkataan ‘ilm berasal daripada akar kata ‘ain-lam-mim yang diambil daripada perkataan ‘alamah, yaitu “tanda, penunjuk, atau petunjuk yang dengannya sesuatu atau seseorang dikenal; kognisi atau label; ciri; petunjuk; tanda”.  Dengan demikian, ma’lam (jamak: ma’alim) berarti “tanda jalan” atau “sesuatu yang dengannya seseorang membimbing dirinya atau sesuatu yang membimbing seseorang”. Seiring dengan itu, ‘alam juga dapat diartikan sebagai “penunjuk jalan”.  Maka bukan tanpa alasan jika penggunaan istilah Ć¢yah (jamak: ayat) dalam al-Qur’an yang secara literal berarti “tanda” merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an dan fenomena alam.

Demikian, penjelasan Prof. Wan Mohd Nor. Dan memang, kata ilmu, alam, dan ‘ilm (‘ilm dengan makna “yakin”), memiliki akar kata yang sama. Ini menarik, karena “alam” jika dipahami sebagai ayat Allah, maka akan menghasilkan ilmu yang mengantarkan manusia kepada keyakinan pada Allah SWT. Karena itulah, Allah SWT memperingatkan bahwa nanti di akhirat, neraka jahanam akan dijejali dengan manusia-manusia dan jin yang mereka memiliki mata tetapi tidak sampai dapat memahami ayat-ayat Allah; juga telinga dan akal mereka tak sampai mengantarkan mereka kepada pemahaman dan keimanan kepada Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat. (QS al-A’raf: 179).

Orang yang berilmu diletakkan pada derajat yang tinggi, karena dengan ilmunya itu dia mengenal Tuhannya dan mengenal agama Tuhan yang sebenarnya. ”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan (’ilm) kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS 3:18-19).

Tentu, agar manusia menjadi mulia, tidak boleh ia sembarangan menerima ilmu. Ilmu-ilmu yang baiklah yang perlu dipelajari. Sebab, ilmu-ilmu yang baik itulah yang akan mengantarkan manusia kepada keimanan dan kebahagiaan. Sangatlah keliru, jika manusia justru bangga dengan ilmu yang mengantarkan kepada keraguan dan pengingkaran kepada al-Khaliq. Imam Malik rahimahullah berkata: “Haqqun ‘alaa man thalaba al-ilma an-yakuuna lahuu waqaarun wa-sakiinatun wa-khasyyatun.” (Orang yang mencari ilmu seharusnya memiliki sifat ketenangan, ketenteraman, dan rasa takut kepada Allah SWT). (Dikutip dari buku, Mengapa Saya Harus Mondok, terbitan Pesantren Sidogiri, Pasuruan,  1431 H).

Karena begitu penting dan strategisnya kedudukan ilmu dalam Islam, maka seyogyanya Perguruan Tinggi tidak lagi mengajarkan mata kuliah Filsafat Ilmu yang sekular, yang menafikan wahyu sebagai sumber ilmu. Kini, menjadi tugas berat dan mulia bagi para cendekiawan Muslim untuk merumuskan mata kuliah Filsafat Ilmu yang benar. Wallaahu a’lam bil-shawab. (Jakarta, 11 Januari 2013).

Teori Belajar Gestalt

Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Kƶhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Hukum-hukum Belajar Gestalt
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas. Hukum Pragnaz Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :
1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3. Hukum kesamaan.
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas. Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.
Para ahli dan issu yang mengembangkan teori gestalt
1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang pendapat Wundt.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudiangaris yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
  1. Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
  2. Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
  3. Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
2. Kurt Koffka (1886-1941)

Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara lain:
  1. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
  2. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
  3. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme –dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
Implikasi Teori Belajar Gestalt
Pendekatan fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologidan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada akhir pertengahan abad XIX. Kohler dan Koffka bersama Wertheimer yang mendirikan psikologi Gestalt adalah juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai metode untuk menganalisis gejala psikologis. Fenomenologi adalah deskripsi tentang data yang berusaha memahami dan bukan menerangkan gejala-gejala. Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa yang dialami secara langsung.
Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana prosesproses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman (dengan Teori Sign Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan simpanse sebagai hewan coba).
Aplikasi Teori Belajar Gestalt
1. Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1)       Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2)      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
3)       Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4)      Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5)      Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
2. Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
a)      Kesanggupan : Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b)      Pengalaman : Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c)      Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d)     Latihan :Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
e)       Trial and Error : Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan  melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.
Berfikir Kritis-Dialektis
            Seorang ilmuan dalam menghadapi setiap persoalan harus mempunyai sikap-sikap ilmiah, antara lain: objektif, dalam arti kata tidak memihak kecuali pada kebenaran yng dituju. Demikian pula bersikap terbuka terhadap setiap kemungkinan adanya oendapat-pendapat baru atau teori baru yang mengatasi pendiriannya yang telah dianut semula. Seorang ilmuwan seharusnya tidak gegabah untuk mengatakan  bawha apa yang dipeganginya dalam suatu masalah tertentu adalah kebenaran yang tidak dapat dibantah. Bahkan sepantasnya seorang ilmuan tidak mengatakan bahwa ia telah mencapai kebenaran. Sebaliknya ia harus berkata bahwa ia telah mendekati kebenaran. Karena suatu teori ilmiah, seperti dikatakan Karl R. Popper, tidak pernah benar secara definitif. Lebih baik dikatakan bahwa kita semakin mendekati kebenaran, karena teori-teori kita menjadi semakin terperinci dan bernuansa. Kita harus selalu meninggalkan suatu teori jika muncul lain yang ternyata lebih memuaskan untuk mengerti fakta-fakta. Sikap lain dari seorang ilmuwan adalah aposteriori dan menghindari kan sikap apriori. Apriori artinya menerima sesuatu tanpa pikir, tanpa koreksi, argumen, dalil, penyelidikan. Sedangkan aposteriori adalah bersikap kritis terhadap sesuatu dan tidak menerimanya kecuali setelah ada bukti dan argumen yang dianggapnya benar dan kuat untuk menerima hal itu.
            Maka untuk menghindari diri dari sikap kaku dan subyektif terhadap suatu pendirian atau teori, seorang ilmuwan harus menggunakan metode Pemikiran Kritis_Dialektis, yaitu suatu metod pemikiran yang menggunakan cara petanyaan-pertanyaan dan kritik-kriktikan sebanyak-banyaknya dan sedaitl-detailnyaterhadap suatu pendirian atau pendapat atau problem. Setiap pendapat atau teori yang dihadapi harus diteliti dengan sedalam-dalamnya, dengan menggunakan berbagai macam kritikan dan pertanyaan yang dapat mengungkap, kalau terdapat kelemahan-kelemahan dalam teori tersebut. Sebaab suatu pendirian mungkin kelihatannya baik dan masuk akal, akan tetapi bila diteliti sedalam-dalamnya akan diperoleh keterangan yang bertentangan didalamnya. Oleh karena itu semakin kuat sesuatu teori dan pendapat bertahan terhadap kritik-kritikan semakin kuatlah kebenaran dari teori atau pendapat lain.
                                                                
ILMU SEBAGAI ALAT PENGEMBANGAN DAYA PIKIR
            Selain sebagai hasil produk berpikir, ilmu juga dapat dilihat sebagai alat pengembangan daya pikir. Di sini ilmu tidak dilihat sebagai produk yang siap dikonsumsi. Maka untuk pengertian iniilmu sebagai kata benda lebih tepat diganti dengan istilah keilmuan sebagai kata kerja, yang mencerminkan aktivitas dan kegiatan berfikir yang dinamis dan tidak statis. Ditinjau dari segi ini maka setiap kegiatandalam mencari pengetahuantentang apapun selama hal itu terbatas pada objek empiris, dan pengetahuan itu diperoleh dengan mempergunakan metode keilmuan adalah sah untuk disebut keilmuan. Orang bisa membahas suatu kejadian sehari-hari secara keilmuan, asalkan dalam proses pengkajian tersebut, dia memenuhi persayaratan yang telah di gariskan. Sebaliknya tidak semua yang diasosiakan dengan eksistensi ilmu adalah keilmuan. Seorang sarjana misalnya yang mempunyai profesi bidang ilmu belum tentu mendekati masalah ilmunya secara keilmuan. Hakekat keilmuan karenanya tidak ditentukan oleh titel, profesi dan kedudukan; hakekat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut persyaratan keilmuan.
            Disinilah urgensinya ilmu sebagai alat untukpengembangan daya pikir manusia, karena berfikir keilmuan bukanlah berfikir biasa, tetapi berfikir teratur, yang disiplin, yang bermetode dan bersistem, diaman idea dan konsep yang sedang dipkirkan tidak dibiarkan berkelana tanpa arah dan tujuan. Berfikir keilmuan selalu terarah kepada suatu tujuan, yaitu pengetahuan.
Pembiasaan cara berfikir keilmuan adalah cara yang terbaik untuk mempertajam rasio (daya nalar). Cara berfikir seseorang yang terdidik dalam berfikir orang-orang yang tidak dan belum pernah sama sekali terlatih untuk itu. Dengan kata lain berfikir keilmuan seperti termasuk menghendaki latihan yang intensif sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baik pada diri sesorang. Pembiasaan berfikir seperti itu sangat relevan dengan (dan dianjurkan) Al-Qur’an dalam berbagai variansi, diantaranya terdapat dalam surat Al-Hasyr (59) : 29, Al-Baqarah (2) : 242, Al-Mu’minun (23) ; 788 dan Ad-Dzariyat (51) ; 21.


TASAWUF
      Istilah tasawuf baru muncul dalam dunia Islam sekitar abad ke 2 Hijriah dan belum dikenal pada masa Rasulullah dan sahabat, meskipun praktek hidup kesufian sudah dijalankan oleh Rasulullah s.a.w dan sahabat-sahabatnya.
1.         Hidup sebagai zahid (menghindari kemewahan dunia) dan abid (tekun beribadah) adalah embrio dari lahirnya tasawuf itu.
2.       Inti tasawuf adalah pendidikan akhlak, memerangi hawa nafsu, membersihkan hati agar dapat bertaqarrub kepada Allah s.w.t
3.       Tasawuf dapat disamakan dengan Mistik Islam dalam artian mistik yang sesui dengan jalan Islam, yaitu tidak menganut Pantheisme atau persatuan makhluk dengan Khaliq

Dzikir sebagai Cara Mendekatkan Diri kepada Allah
1.         Yang Dekat kepada Allah adalah yang Senantiasa Berdzikir kepada-Nya
Berdzikir dilakukan dalam rangka pengabdian kepada Allah. Karena pengabdian kepada Allah merupakan tujuan hidup manusia (Adz-zariyat; 51-56).
Tujuan pengabdian kepada Allah supaya terjalin antara hamba dengan Tuhan, sehinggga seorang hamba dapat selalu merasakan ketentraman jiwa, sebab selalu dekat dengan Tuhan.
Untuk bertaqarrub dengan sebaik-baiknya kepada Allah, maka saranya dalah dzikir. Berdzikirlah kepada Allah dilakukan dalam segala posisi kita. Artinya tidak ada waktu yang boleh lowong untuk berdzikir (ingat atau menyebut) Allah swt. (Ali-Imran (3) : 190-191)
2.      Kedudukan Dzikir dalam Tasawuf
Dalam tasawuf dikenal dengan istilah maqamat (tahap-tahap) yang dilalui oleh sufi dalam perjalanan tasawufnya menuju kepada tyjuan bertemu dengan Tuhan. Yang berperan dalam maqammat atau tahap-tahap tertentu diperlukan dzikir yang berkesinambungan dan kontinu (Al-Baqarah 2 : 152 dan Al-A’raf 7 : 205)

4 Tipe Kepribadian Manusia (Plegmatis, Melankolis, Sanguinis, Koleris)

  1. Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning)
  2. Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
  3. Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir)
  4. Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah)
Kemudian teori Hippocrates di sempurnakan kembali oleh Galenus yang mengatakan bahwa keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu, dimana jika salah satu cairan lebih dominan dari cairan yang lain, maka cairan tersebut dapat membentuk kepribadian seseorang.
Berpuluh tahun lamanya tipologi yunani yang bersifat filosofis ini berpengaruh luas sekali. Bahkan psikologi modern telah mengemukakan banyak saran baru mengenai penggolongan temperamen, tetapi tidak ada yang dapat menemukan penggolongan yang lebih bisa diterima seperti yang dikemukakan oleh Hippocrates dan Galenus. Untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai sifat temperamen yang melekat dalam setiap cairan, berikut adalah gambaran dari penggolongan manusia berdasarkan keempat bentuk cairan tersebut. Sekarang kita bahas satu-satu tipe kepribadian tersebut :
MELANKOLIS – Si Sempurna
Kau begitu sempurna, dimataku kau begitu indah. ingat dengan lirik lagu ini? lagunya Andra and The Backbone dengan judul sempurna. Pas banget dengan sifat manusia yang akan kita bahas sekarang yaitu Melankolis si Sempurnaaaaa. ada 4 sifat manusia selain melankolis, korelis, sanguis dan plegmatis nanti satu persatu akan dibahas deh.
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan melanchole. Dimana orang yang melancholis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimistis, penakut, dan kaku.
Menganggap segala sesuatu amat penting. Di segala tempat mereka menemukan alasan untuk merasa khawatir dan yang pertama-tama mereka perhatikan dari sesuatu keadaan ialah kesulitan-kesulitannya. Ini dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan keakhlakan melainkan karena pergaulan dengan orang lain membuat ia khawatir, berprasangka, dan sibuk berpikir. Justru karena sebab inilah rasa bahagia menjauhinya.
Melankolis, kalau nemu temen orangnya pemikir, sensitif, romantis, teratur, bisa dipastikan 99.99 persen dia tipe orang melankolis. Si melankolis mempunyai rasa empati yang tinggi, tak jarang kalau ada temen yang ada masalah dialah orang pertama yang merasakanya bahkan menjadi pendengar yang baik. selain berempati, melankolis juga romantis banget, jagi bikin puisi.
Si melankolis ternyata punya bakat perfeksionis harus sempurnaaa. saya juga kadang kalau ada yang kurang misalkan dalam tulisan ini bakalan mengeditnya hingga ratusan kali (lebay, maklum lah melankolis :D ). Dia juga tipe pemikir . Orang bertipe ini cenderung mempunyai rasa seni yang tinggi, suka akan gambar, grafik dll, cukup berbakat menjadi seorang seniman entah musik atau pelukis.
Mereka juga kadang suka sekali namanya berkorban, bahkan mengorbankan diri mereka sendiri demi orang lain, tidak suka menonjolkan diri a.k.a low profile lebih memilih bekerja dibalik layar, sepertinya nggak mau terkenal.
Oke, sudah cukup membanggakan diri sebagai melankolis. sekarang kita bahas sisi jeleknya, hehehehe. Tipe melankolis orangnya super sensitif, bahkan anda tiup rasanya kayak ditabok hehehehe. Mereka suka yang namanya menyendiri, kadang juga terjebak di masalalu dengan ratusan kisah sedih sambil meratapi nasip dan suka membesar besarkan masalah, mengapaaaaaaaa aku beginiii.
Melankolis umumnya tertutup, kalau ada masalah biasanya diumpetin, kalaupun dibagi, pastilah dibagi dengan orang yang paling diapercaya entah keluarga ataupun teman. Mereka juga kadang suka meremehkan diri mereka sendiri, padahal apa yang dikerjakannya mungkin lebih bagus dengan orang lain, istilahnya rumput tetangga lebih hijau dan juga takut kegagalan intinya pikiranya negatip mulu nggak ada motivasi. Idealis, kalau dirasa sesuatu tidak sesuai kehendaknya mereka kadang suka ngedumel.
MELANKOLIS:
KEKUATAN:
* Analitis, mendalam, dan penuh pikiran
* Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal
* Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis)
* Sensitif
* Mau mengorbankan diri dan idealis
* Standar tinggi dan perfeksionis
* Senang perincian/memerinci, tekun, serba tertib dan teratur (rapi)
* Hemat
* Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif)
* Kalau sudah mulai, dituntaskan.
* Berteman dengan hati-hati.
* Puas di belakang layar, menghindari perhatian.
* Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi
* Sangat memperhatikan orang lain
KELEMAHAN:
* Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan)
* Mengingat yang negatif & pendendam
* Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah
* Lebih menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan
* Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah
* Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan (if..if..if..)
* Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan
* Hidup berdasarkan definisi
* Sulit bersosialisasi
* Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik/ yg menentang dirinya
* Sulit mengungkapkan perasaan (cenderung menahan kasih sayang)
* Rasa curiga yg besar (skeptis terhadap pujian)
* Memerlukan persetujuan
PLEGMATIS – Si Pecinta damai
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan phlegma. Dimana orang yang phlegmatis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti tidak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia, dingin, santai dan sabar.
 Tidak adanya gairah, bukan kelemahan, mengatakan secara tidak langsung kecondongan untuk tidak mudah dan tidak cepat kena pengaruh. Orang seperti ini lambat jadi hangat tapi jika sudah hangat dapat bertahan hangat lebih lama. Ia bertindak atas dasar keyakinan bukan atas dasar dorongan naluri. Temperamennya yang cerah dapat menggantikan ketidakhadiran kecerdikan dan kebijakan di dalam dirinya. Ia bertindak layak dalam bergaul dengan orang lain dan biasanya dapat maju karena kegigihannya dalam mencapai sasaran-sasaran yang dikehendakinya sementara ia bergaya seakan-akan memberi jalan pada orang lain.
Sekarang kita bahas si cinta damai dulu deh… agak sulit sih menjelaskan sifat yang bukan sifat sendiri, gpp lah nggak ada salahnya dicoba. kaum plegmatis umumnya menghindari konflik a.k.a netral, bagi mereka Perdamaian itu nomer 1, perdamaian perdamaian, perdamaian peeerdamaian..
Mereka juga baik hati, pribadinya tenang rendah hati dan juga penyabar, terlihat kalem. kalau digabung sama sifat diatas, keknya kerjaan yang cocok jadi diplomat aja deh. banyak dari tipe Plegmatis mempunyai daya humor yang tinggi, menyenangkan untuk diajak gaul.
Nah, kalau tadi dalam si melankolis cenderung memilih sendiri, si plegmatis mereka tipe pendegar, jadi kalau misalkan ada orang yang berbicara anda memperhatikan seorang teman asik mendengarkan dialah si plegmatis. so, mau curhat, pilihlah orang dengan sifat plegmatis :D .
Oke, sekarang buruknya neh, orang plegmatis orang simple, nggak mau melibatkan diri dalam konflik bahkan konflik di dirinya sendiri alias pengen mudahnya kalau ada yang mudah ngapain dipersulit?, kalau disuruh mengambil keputusan sering kali ditunda tunda, jadi punya temen plegmatis keknya harus dicambukin biar jalan, apalagi sifat nggak bersemangat dan malesnya yang nggak ketulungan, heheheh.
Selain males, suka menunda nunda dan ambil enaknya ternyata mereka juga kikir, sedikit egois dan penakut.
PLEGMATIS:
KEKUATAN:
* Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh
* Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik
* Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
* Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi)
* Kuat di bidang administrasi, dan cenderung ingin segalanya terorganisasi
* Penengah masalah yg baik
* Cenderung berusaha menemukan cara termudah
* Baik di bawah tekanan
* Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan
* Rasa humor yg tajam
* Senang melihat dan mengawasi
* Berbelaskasihan dan peduli
* Mudah diajak rukun dan damai
KELEMAHAN:
* Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru
* Takut dan khawatir
* Menghindari konflik dan tanggung jawab
* Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar)
* Terlalu pemalu dan pendiam
* Humor kering dan mengejek (Sarkatis)
* Kurang berorientasi pada tujuan
* Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
* Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat
* Tidak senang didesak-desak
* Menunda-nunda / menggantungkan masalah.
SANGUIN – Si Superstar
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan sanguis. Dimana orang yang sanguinis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup mudah berganti haluan, ramah, mudah bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa.
Selalu periang dan penuh pengharapan, menganggap segala sesuatu yang dihadapi amat penting, tapi segera dapat melupakannya sama sekali sesaat kemudian. Ia ingin menepati janji-janjinya tapi gagal melaksanakan keinginannya itu sebab ia tidak cukup berminat untuk menolong orang lain. Ia adalah seorang penghutang yang jelek yang terus menerus minta waktu untuk membayar. Ia amat luwes, pandai bergaul, periang.
Kita bahas si superstar nih, orang dengan tipe sanguis terkenal dengan banyak omongnya, dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik serta mengusasai pembicaraan. sanguis memiliki hasrat untuk bersenang senang yang tinggi, mereka suka akan ketenaran, perhatian, kasih sayang, dan dukungan dari orang lain.
Tipe sanguis juga memiliki rasa optimistis yang tinggi, humoris dan mudah bergaul, emosi mereka juga seperti Plegmatis yaitu cepat berubah, sesaat mereka bisa terlihat bahagia namun beberapa saat kemudian menangis bombay. mereka juga senang mengutarakan joke sehingga membuat orang orang disekitarnya senang.
Negatifnya, orang tipe sanguis umumnya berfikiran pendek, sulit berkonsentrasi dan tidak teratur. mereka dapat stres jika terjebak dalam situasi yang mana hidupnya terasa tidak menyenangkan karna orang sanguis takut untuk tidak populer. so, jadi kalau misalkan dalam sebuah kelompok ada orang yang banyak omong, dialah si Superstar.
SANGUINIS:
KEKUATAN:
* Suka bicara
* Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif
* Antusias dan ekspresif
* Ceria dan penuh rasa ingin tahu
* Hidup di masa sekarang
* Mudah berubah (banyak kegiatan / keinginan)
* Berhati tulus dan kekanak-kanakan
* Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara)
* Umumnya hebat di permukaan
* Mudah berteman dan menyukai orang lain
* Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
* Menyenangkan dan dicemburui orang lain
* Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)
* Mengambil inisiatif/ menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan
* Menyukai hal-hal yang spontan
KELEMAHAN:
* Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras)
* Membesar-besarkan suatu hal / kejadian
* Susah untuk diam
* Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka nge-Gank)
* Sering minta persetujuan, termasuk hal-hal yang sepele
* RKP! (Rentang Konsentrasi Pendek)
* Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias)
* Mudah berubah-ubah
* Susah datang tepat waktu jam kantor
* Prioritas kegiatan kacau
* Mendominasi percakapan, suka menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas
* Sering mengambil permasalahan orang lain, menjadi seolah-olah masalahnya
* Egoistis
* Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama
* Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/save money”
KORELIS – Si Kuat
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan chole. Dimana orang yang choleris adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup penuh semangat, keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar, optimistis, garang, mudah marah, pengatur, penguasa, pendendam, dan serius.Berkepala panas, mudah sekali dibangkitkan gairahnya, tapi mudah pula jadi tenang jika lawan yang dihadapinya mengaku kalah. Ia orang yang sibuk tapi tidak menyukai berada tepat di tengah-tengah kesibukan usaha sebab ia tidak tabah. Ia memilih untuk memberikan perintah-perintah tapi tidak mau diganggu dengan pelaksanaan dari perintah-perintah yang diberikannya itu. Ia menyukai jika dipuji di depan umum. Ia menyukai penampilan, kemegahan dan formalitas, ia penuh dengan kebanggaan dan cinta diri sendiri. Ia kikir, sopan tetapi dengan upacara, ia sakit hati luar biasa jika orang lain menolak untuk ikut dalam kepura-puraannya.
Masuk ke bagian terakhir nih, kita bahas si kuat, orang tipe ini biasanya suka mengatur dan memerintah orang, dia nggak mau ada orang berdiam diri saja sementara dia sibuk kerja/beraktivitas. orang korelis suka akan tantangan, sang suka berpetualang, mereka juga tegas. tak heran banyak dari usahanya yang sukses karna memang sifatnya yang juga pantang menyerah dan juga mengalah.
sisi negatifnya, mereka orang yang tidak sabaran, segalanya harus cepat karna memang sifat keproduktivitasnya yang tinggi. mereka juga gampang sekali marah, dan suka berprilaku kasar. jadi kalau nemu temen kerjanya uring uringan, suka berkata kasar dan gampang marah, dialah Koleris.
mereka juga suka akan kontoversi dan pertengkaran, bertolak belakang dengan dengan plegmatis yang cinta damai. sifat mereka juga kurang bersimpatin dengan sesama suka memanipulasi orang lain dan memperalat orang lain dan juga kalau salah, susah banget meminta maaf.
Orang koleris sedikit mirip dengan sanguis mereka gampang bergaul dan optimistis. mereka juga bisa berkomunikasi dengn baik dan terbuka dengan orang lain, hmm tipe orang seperti ini cocok sebagai pemimpin
dari keempat sifat manusia diatas, dapat kita menarik kesimpulan bahwa:
KOLERIS
KEKUATAN:
* Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif
* Sangat memerlukan perubahan dan harus mengoreksi kesalahan
* Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/ target
* Bebas dan mandiri
* Berani menghadapi tantangan dan masalah
* “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini”.
* Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat
* Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada produktivitas
* Membuat dan menentukan tujuan
* Terdorong oleh tantangan dan tantangan
* Tidak begitu perlu teman
* Mau memimpin dan mengorganisasi
* Biasanya benar dan punya visi ke depan
* Unggul dalam keadaan darurat
KELEMAHAN:
* Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis)
* Senang memerintah
* Terlalu bergairah dan tidak/susah untuk santai
* Menyukai kontroversi dan pertengkaran
* Terlalu kaku dan kuat/ keras
* Tidak menyukai air mata dan emosi tidak simpatik
* Tidak suka yang sepele dan bertele-tele / terlalu rinci
* Sering membuat keputusan tergesa-gesa
* Memanipulasi dan menuntut orang lain, cenderung memperalat orang lain
* Menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan
* Workaholics (kerja adalah “tuhan”-nya)
* Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
* Mungkin selalu benar tetapi tidak populer

Guru Sebagai Agen Perubahan Bangsa dalam Pelaksanaan Kurikulum

Di dalam zaman yang semakin maju ini, setiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan dunia kerja yang akan dijalaninya. Sebelum seseorang terjun ke dunia kerja, individu terlebih dahulu mendapat pembelajaran tentang berbagai ilmu yang mereke butuhkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Terjadinya proses pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari kurikulum, kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berkaitan, kurikulum merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Dari tahun ke tahun pemerintah terus mengembangkan kurikulum agar terciptanya generasi penerus bangsa yang bisa membanggakan Indonesia. Saat ini, kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia adalah kurikulum 2013, dimana dalam kurikulum 2013 menekankan peran aktif siswa dalam pembelajaran, dan berdasarkan pendekatan saintific, diharapkan dapat membentuk generasi penerus bangsa yang memilik pengetahuan yang tinggi, memiliki sikap atau perilaku yang baik, dan dapat membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Dalam implementasi kurikulum di kelas, tidak terlepas dari peran guru dalam pengimplementasiannya, guru memegang peran yang sangat penting atas berhasil atau tidaknya kurikulum yang diterapkan, karena guru yang berinteraksi langsung dengan peserta didik sehingga secara tidak langsung kesuksesan untuk mengimplementasikan suatu kurikulum tergantung pada keterampilan guru. Tanpa guru pembelajaran di kelas tidak akan terjadi, jika pembelajaran tidak terjadi atau tidak berjalan maka kurikulum pun tidak bisa diimplementasikan. Ruh pen­didikan sesungguhnya terletak pada guru. Bahkan, baik buruknya atau berhasil tidaknya suatu pembelajaran terletak pada guru yang memberikan pembelajaran tersebut.Karena mereka mempunyai andil besar dalam menerapkan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, sosok guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan peserta didik yang pandai, cerdas, terampil, bermoral dan berpengeta­huan luas.
Dalam implementasi kurikulum ada komponen-komponen yang harus diperhatikan antara lain komponen tujuan, komponen isi, komponen metode dan komponen evaluasi. Oleh karena itu, agar pengimplementasian berjalan dengan baik, maka guru harus memiliki kompetensi atau kemampuan yang cukup tinggi dalam proses pembelajaran.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru agar proses pembelajaran dan pengimplementasian kurikulum berjalan dengan lancar adalah :
  1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola peserta didik, dan kelas, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Mengaruskan  guru untuk memilik wawsan yang luas dan landasan pendidikan yang jelas, guru juga harus bisa menguasai konsep, struktur, dan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru harus bisa memahami peserta didiknya, baik itu dari kemampuan atau potensi yang dimiliki peserta didik serta guru harus bisa mengaktualisasi kemampuan yang dimiliki peserta diidk.
  1. Kompetensi kepribadian
Kompetensi ini merupakan kemampuan kepribadian guru yang meliputi kemantapan, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, dapat menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat banyak, dapat mengevaluasi kinerja diri sendiri, serta dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri secara berkelanjutan.
  1. Kompetensi sosial
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, untuk berkomunikasi dengan masyarakat baik secara lisan maupun tulisan, mampu menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, dapat bergaul dengan baik dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua siswa, dan dengan masyarakat sekitar.
  1. Kompetensi profesional
Dalam kompetensi ini, guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai bidang studi yang diajarkannya, menggunakan metode belajar yang berpariasai dalam proses pembelajara
Jika kompetensi tersebut sudah dimiliki oleh guru, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik, dan dengan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki tersebut, maka guru dapat mengoptimalkan penerapan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran, dengan begitu tujuan dari kurikulum 2013, yang mengharapkan dapat terciptanya generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas dalam pengetahuan tetapi juga cerdas dalam sikap dan dapat menjadi manusia yang kreatif akan tercapai.
Jika dilihat dari tugas dan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang mudah, pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional, yang tidak semua orang bisa melakukannya. Peran guru dalam pengemabngan kurikulum sangat besar, adapun perang guru yang sangat penting dalam kurikulum tersebut adalah peran guru sebagaiadapters, disini guru tidak hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah, jika kurikulum tidak disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maka pembelajaran yang diberikan akan sia-sia, karena pembelajaran tersebut tidak bisa digunakan, dipahami, atau diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik.
Selain itu peran guru yang sangat penting adalah guru sebagaidevelopers, dimana guru tidak hanya sebagai pelaksana kurikulum tetapi juga sebagai pengembang kurikulum, dalam tugasnya guru tidak hanya sekedar mengajarkan siswa tentang pelajaran tetapi juga guru berperan dalam menentukan model, teknik, pendekatan dan cara yang akan digunakan dalam pembelajaran, dengan begitu proses proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan menggunakan model, teknik, dan pendekatan yang bervariasi juga akan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi para siswa dan tidak membuat mereka menjadi cepat bosan dan juga akan mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran.
Oleh karena itu pekerjaan guru bukanlah bekerjaan yang sederhana dan mudah, karena terciptanya suatu generasi penerus yang memiliki mutu yang baik tergantung pada peran guru yang mengajarnya. Kurikulum yang baik atau yang paling sempurna seklaipun tidak bisa menjadi kurikulum yang baik dan tidak bisa menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas, berakhlak mulia, dan kreatif jika dalam implemetasi di dalam pendidikan kurikulum tersebut tidak diterapkan dengan baik oleh guru, atau guru yang menerapkannya tidak mempunyai kompetensi seperti yang disebutkan tadi.
Jadi peran guru dalam implementasi kurikulum  sangat besar, tanpa guru yang profesional, kurikulum  tidak dapat berjalan sesuai tujuan yang diharapkan, dan tidak dapat mencetus generasi penerus bangsa yang selama ini diharapkan semua orang yaitu generasi yang tidak hanya cerdas secara pengetahuan, tetapi juga cerdas secara sikap dan keterampilam.
Sumber : Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori, praktik pengembangan KTSP. Jakarta: Prenada Media Grup.

Seni Tanah Banten

debus.jpg
Pengertian Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras dan lain- lain. Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692) Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan penjajah Belanda pada masa itu. Kesenian Debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari dan suara.
Debus, merupakan kata dan istilah yang sangat aneh. Sebab, secara keseharian kata debus sudah sangat akrab dengan telinga masyarakat, namun istilah dan artinya tidak atau belum diketahui secara pasti. Hal itu disebabkan data tertulis hingga saat ini belum ditemukan. Ada dua pengertian yang diyakini kebenarannya, yaitu muncul pertama dari salah seorang pemerhati terhadap Kesenian Debus ini, yaitu Bapak A Sastrasuganda yaitu pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud paten Serang, mengatakan bahwa Debus berasal dari bahasa Sunda. Kata debus “tembus” (Sandjin Aminuddin, 1997 :153). Debus yang berarti tembus menunjukkan bahwa alat-alat yang diperagakan adalah benda-benda tajam dalam permainan tersebut dapat menembus badan para pemainnya. Kedua, Debus berasal dari kata gedebus, yaitu nama salah satu benda tajam yang digunakan dalam permainan tersebut. Karena permainan Debus adalah permainan kekebalan tubuh, maka debus dapat pula diartikan “tidak tembus” oleh berbagai senjata yang ditusukkan atau dibacokkan ke tubuh manusia.
Menurut Dr H Imron Arifin yang meneliti debus tahun 1988, nama debus berasal dari bahasa Arab yang bermakna “jarum” atau alat penusuk. Sebab permainan itu ditandai oleh keberadaan alat tusuk baik yang ditusukkan ke pipi, leher, dada, tangan, maupun almadad yang ditikamkan ke tubuh tapi tidak tembus. Istilah debus sendiri berasal dari Baghdad terkait dengan aliran tarikat tertentu. Dalam permainan Debus terdapat kolaborasi antara kekebalan tubuh dan permainan pencak silat. Atraksi permainan ini membuat para penonton merasa ngeri karena senjata tajam seperti golok, gedebus (almadad), dan lain-lain atau bahkan api yang membakar manusia tidak mampu melukai para pemainnya. Oleh karenanya, ada yang mengatakan Debus  sebagai permainan sulap yang mampu mengelabui mata para penonton.
Penyebararan Seni Debus
Kesenian Debus ini berkembang di daerah Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang terutama di Kecamatan Walantaka dengan tokohnya M. Idris. Sedangkan di Kecamatan Curug tokohnya Umor, di Kecamatan Cikande tokohnya H. Renam, dan di atan Ciruas tokohnya adalah H. Ahmad. Debus pun meluas ke Jawa Timur dikembangkan oleh KH Agus Ghufron Arief di Pesantren Nurul Haq di kampung Peneleh Surabaya. Debus sendiri yang sumbernya ditengarai dari tarikat merupakan kesenian yang sarat an doa-doa yang diambil dari ayat suci Al-Qur’an sebagai jampi-jampi untuk kekebalan tubuh.
Sejarah Debus
Asal-usul debus tidak dapat dipisahkan dari penyebaran agama Islam di daerah Banten. Debus adalah salah satu sarana dalam penyebaran agama Islam tersebut. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasaa pada abad XVII (1651 — 1652), Debus dijadikan alat propaganda dalam membangkitkan semangat rakyat dalam perjuangan melawan Belanda (Sandjin Aminuddin, 1997 :156).
Seperti dikatakan di atas, bahwa Debus dikolaborasikan dengan kesenian Pencak silat, maka dapat dikatakan bahwa Debus merupakan kesenian bela diri. Sultan Ageng Tirtayasa memberi warna Debus dengan ilmu kekebalan tubuh kepada para pengikutnya dengan jampi-jampi yang diambil dari ayat suci Al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut dihapalkan dan diresapi secara mendalam sehingga dapat mempertebal semangat moral dalam melawan Belanda. Kesenian Debus sangat berperan dalam alur sejarah rakyat Banten dalam melawan penjajah Belanda pada masanya yang dilandasi ajaran agama Islam sebagai keyakinan dalam melakukan perjuangan tersebut.
Dilacak dari asal usulnya, menurut Dr H Imron Arifin, kesenian debus berasal dari Tarikat Rifa’iyyah, yaitu tarikat yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Rifa’i al-Baghdady, seorang tokoh sufi yang mengajar pengetahuan ruhani aneh. Dikatakan ganjil dan aneh, karena Syaikh Ahmad Rifa’i mengajari murid-muridnya untuk berdzikir yang khusyuk di mana untuk menguji kekhusyukan Syaikh Ahmad Rifa’i melakukan tindakan-tindakan ganjil seperti menyulut tubuh muridnya dengan bara api, digigitkan ular kobra, ditusuk besi tajam, dikepruk benda keras, bahkan dilempar ke kobaran api. Jika sang murid masih sakit dan berteriak, maka itu pertanda dzikirnya kurang khusyuk Begitulah tarikat Rifa’iyyah dikenal sebagai penyebar ajaran debus dalam berdzikir yang dilakukan dengan suara lantang.
Ajaran Tarikat Rifa’iyyah diketahui disebarkan di Aceh oleh Syaikh Nuruddin Ar-Raniri di mana tokoh ini memiliki murid Syaikh Yusuf Tajul Khalwati al-Makassari. Rupanya, Syaikh Yusuf Tajul Khalwati al-Makassari inilah yang pertama kali mengajarkan debus di Banten, karena beliau bersama-sama dengan Sultan Ageng Tirtayasa melawan Belanda. Namun belum diketahui, kapan debus sebagai metode dalam tarikat berubah menjadi seni.
Jika ditelaah dalam bahasa arab debus Berarti senjata tajam yang terbuat dari besi yang mempunyai ujung yang runcing dan bentuknya sedikit bundar. Nah , karena itulah alat tersebut dipergunakan sebagai alat untuk menghantam atau melukai setiap pemain debus, yang mempertunjukkan atraksi kekebalan tubuh. Selain itu juga masih banyak variasi-variasi atraksi lain seperti menusuk perut, dengan benda tajam biasanya menggunakan paku Banten yang runcing, memakan bara api, menusukkan jarum panjang ke lidah,  kulit, pipi sampai tembus dan hasilnya tidak ada luka sama sekali dan tidak mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat di badan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.
Di Banten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya. Untuk saat ini biasanya kesenian debus di pentaskan dalam acara-acara seperti pesta pernikahan, sunatan, acara 17 agustusan, dan banyak lagi acara yang biasanya mempertunjukan kesenian ini.
Bentuk Atraksi Debus
Permainan debus merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari, seni suara dan seni kebatinan yang bernuansa magis. Kesenian debus biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, atau untuk hiburan masyarakat. Pertunjukan ini dimulai dengan pembukaan (gembung), yaitu pembacaan sholawat atau lantunan puji-pujian kepada Nabi Muhammad, dzikir kepada Allah, diiringi instrumen tabuh selama tiga puluh menit. Acara selanjutnya adalah beluk, yaitu lantunan nyanyian dzikir dengan suara keras, melengking, bersahut-sahutan dengan iringan tetabuhan.
Bersamaan dengan beluk, atraksi kekebalan tubuh didemonstrasikan sesuai dengan keinginan pemainnya : menusuk perut dengan gada, tombak atau senjata almadad tanpa luka; mengiris anggota tubuh dengan pisau atau golok; makan api; memasukkan jarum kawat ke dalam lidah, kulit pipi dan angggota tubuh lainnya sampai tebus tanpa mengeluarkan darah; mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tapi dapat disembuhkan seketika itu juga hanya dengan mengusapnya; menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang dikenakan hancur lumat namun kulitnya tetap utuh. Selain itu, juga ada atraksi menggoreng kerupuk atau telur di atas kepala, membakar tubuh dengan api, menaiki atau menduduki tangga yang disusun dari golok yang sangat tajam, serta bergulingan di atas tumpukan kaca atau beling. Atraksi diakhiri dengan gemrung, yaitu permainan alat-alat musik tetabuhan.
Sumber :
http://www.pesantrenglobal.com/debus-seni-mistis-islam-tanah-banten/